Diskusi Publik Sastrodikoro, Sang Bapak Nasionalis untuk Lumajang

Diskusi Publik Sumbangsih Sastrodikoro Bapak Nasionalis untuk Lumajang. Foto: BKN Lumajang

Bapak Nasionalis Lumajang

Dalam paparannya, Mansur Hidayat menyebut sosok Sastrodikoro layak disebut Bapak Nasionalis Lumajang. Ini karena peran besarnya sebagai aktivis pergerakan sejak tahun 1926.

Sastrodikoro juga membentuk Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Bersama Imam Soedja'i dan Nyono Prawoto, mereka kemudian mendirikan penerbitan majalah .

"Karena tulisannya yang kritis tentang kesengsaraan rakyat dan derita buruh perkebunan kolonial di majalah Suara Desa, Sastrodikoro ditangkap Belanda tahun 1934," ungkap Mansur.

"Sastrodikoro tumbuh bersama rakyat, setelah bebas beliau bahkan membentuk organisasi Gerakan Rukun Tani pada tahun 1938 dan Koperasi Tani di Lumajang," imbuhnya.

Di masa Agresi Militer Belanda tahun 1947, Bupati Lumajang R. Abu Bakar bersama Sastrodikoro yang telah menjadi Patih Lumajang bertemu dengan Panglima Divisi VII Mayjend Imam Soedja'i.

Mereka memperkuat perjuangan dengan membentuk komando Gerilya Rakyat Lumajang (Volks Deevensi Lumajang) di Pronojiwo untuk memperkuat basis pertahanan di daerah selatan.

Sastrodikoro diangkat sebagai Bupati Lumajang tahun 1948 menggantikan R. Abu Bakar yang ditarik ke Karesidenan Malang.