Prasasti Monumental dari Lereng Timur Semeru

Prasasti Pasrujambe. Photo by: Situsbiting.com.

Deretan perkebunan kopi yang membentang di Dusun Munggir, Desa Pasru Jambe, Kecamatan Pasrujambe terlihat bak permadani hijau. Suara gemericik air pancuran di Kali Rawa menambah suasana alam pedesaan yang khas. Suara burung-burung yang bertengger di pepohonan saling bersautan, menyatu dengan keheningan alam.

Lokasi merupakan tempat di mana ditemukan puluhan batu tulis atau batu prasasti. Walaupun di saat kunjungan tak satupun menemukan batu tulis atau prasasti yang masih ditempat (insitu). Berdasarkan cerita dari masyarakat setempat dan dari Berkala Arkeologi serta Berita Penelitian Arkeologi sebaran batu tulis tidak hanya di sekitar sumber Kali Rawa, batu tulis juga ditemukan di sekitar gundungan tanah dan perbukitan di sekitar Kali Rawa.

Batu-batu tulis tersebut dinamakan Prasasti Pasrujambe, hal itu dikarenakan lokasi penemuan batu-batu tulis itu berada di Desa Pasrujambe. Lokasi kebun kopi tempat ditemukannya prasasti Pasrujambe berada di kaki sebelah timur dari Gunung Semeru, yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Dalam cerita mitologi Kitab Tantu Pagelaran, Gunung Semeru merupakan sebagian dari puncak Gunung Mahameru di India yang telah dibawa pindah ke Pulau Jawa.

Hal ini tentunya memperkuat dugaan bahwa Prasasti Pasrujambe erat kaitannya dengan suatu peradaban di kaki sebelah timur Semeru. Prasasti-prasasti tersebut umumnya berupa prasasti singkat dengan aksara dan bahasa Jawa Kuno yang dipahatkan pada batuan andesit. Mengingat lokasi sebaran batu tulis yang berada di dekat aliran lahar dingin dari Gunung Semeru, untuk memperoleh batuan andesit sangat mudah sekali.

Sukarto K. Atmodjo arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta menjelaskan bahwa keberadaan puluhan Prasasti Pasrujambe erat kaitannya dengan perjalanan suci yang dilakukan menuju Gunung Semeru. Dalam berkala Arkeologi Tahun VII, Maret 1986, MM. Sukarto K. Atmodjo berhasil membaca beberapa tulisan Prasasti PasruJambe, di antaranya Rabut Macan Petakdi mana kata Rabut diartikan Yang Suci, Yang Mulia atau Yang Terhormat, biasanya dikaitkan dengan nama tempat atau nama bangunan suci.

MM. Sukarto K. Atmodjo menyimpulkan bahwa prasasti yang bertuliskan Rabut Macan Petak dipahat oleh peziarah (pelaku siddhayatra) dari daerah Macan Putih (Banyuwangi) yang hendak melakukan perjalanan mendaki Gunung Semeru dengan tujuan tertentu. Berdasarkan penelitian pada beberapa batu prasasti Pasrujambe, MM. Sukarto K. Atmodjo juga menyimpulkan bahwa Dusun Munggir, Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe pada zaman dahulu merupakan tempat untuk ziarah (sidahayatra dan tirthayatra) dan juga merupakan tempat para Brahmana.

Sementara itu dalam Berita Penelitian Arkeologi No. 44 Laporan Survei di Kabupaten Lumajang, Propinsi Jawa Timur 1990, disebutkan bahwa puluhan Prasasti Pasrujambe yang masih insitu hanya satu buah saja, sedangkan yang lainnya berada di Kantor Dinas P dan K Senduro, Dinas P dan K Kabupaten Lumajang serta disimpan di halaman rumah Pak Suroso warga Desa Senduro, Kecamatan Senduro.

Berdasarkan penelitian yang diketuai oleh Dra. Titi Surti Nastiti dari Puslit Arkenas ukuran huruf yang ada pada Prasasti Pasrujambe bervariasi antara 2,5-3,5 cm sampai 7-9,5 cm. Sedangkan ukuran batu yang digunakan untuk prasasti batu tulis tersebut bervariasi mulai dari panjang 22-69 cm, begitu juga untuk ukuran lebar dari Prasasti Pasrujambe bervariasi mulai dari 26-46cm. Sementara itu untuk ukuran ketebalan juga bervariasi antara 11-21 cm.

 Situsbiting.com