Festival nJenang Sapar ala Kampung Karamba RW 5 Ditotrunan Lumajang

Festival nJenang Sapar RW 5 Ditotrunan Lumajang. Foto via @rw5_ditotrunan

Safar adalah nama bulan setelah Muharram dalam kalender penanggalan Jawa dan Arab. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, awal bulan Safar biasa diperingati dengan tradisi syukuran Safaran.

Konon dulunya banyak masyarakat Jawa yang mempercayai bahwa bulan Safar dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat ketidakberuntungan. Karena itu secara rutin mereka menggelar tasyakuran setiap masuk bulan Safar.

Satu hal yang tak lepas dalam setiap pelaksanaan tasyakuran adalah pembuatan Jenang Safar/Jenang Sapar. Jenang atau bubur yang terbuat dari tepung ketan yang dicampur dengan air hangat dan garam.

Tepung kemudian diolah menjadi sebuah adonan, dibuat bola-bola kecil dan banyak. Setelah itu dimasukkan pada rebusan santan dan gula merah yang diaduk sampai mendidih sampai bola-bola itu muncul di permukaan.

Untuk menambah aroma dikasih daun pandan dan dimasak sesuai selera. Konon tradisi Jenang Safar merupakan kuliner hasil kebudayaan masyarakat Indonesia, yang mengakar sejak zaman Hindu dan era Wali Songo.

Hingga kini tradisi Jenang Safar hadir sebagai simbol ungkapan rasa syukur atas karunia hasil ciptaan Tuhan, seperti yang dilakukan warga RW 5 Kelurahan Ditotrunan, Kecamatan Lumajang, Minggu 12 September 2021 kemarin.

nJenang Sapar ala lingkungan yang dikenal sebagai Kampung Karamba ini diselenggarakan di masing-masing RT dengan semangat nguri-uri budoyo, dalam rangka melestarikan semangat gotong-royong antar warga.