Monumen Juang Polri, Gambaran Perlawanan Pahlawan Terhadap Belanda di Tanah Tumpeng, Lumajang

Monumen Juang Polri yang berlokasi di Desa Tumpeng, Kec. Candipuro. Foto via Kompasiana.com

Klimaks Perlawanan Pasukan Djamari

Kedua pihak kehilangan banyak korban, pasukan Djamari pun ada yang menjadi tawanan. Djamari tak mempan akan peluru atau tusukan bayonet, aksi licik Belanda mulai dilakukan.

Kelicikan Belanda terlihat ketika berusaha menggunakan rakyat pribumi menjadi tameng untuk menangkap pasukan Djamari yang tersisa.

Djamari tak ingin rakyat mengorbankan rakyat, hingga akhirnya berseru, jika ingin membunuh dirinya, pukuli dengan bambu. Tentara Belanda tak tinggal diam dan segera memukuli Djamari hingga tewas.

Perang berakhir pada pukul 1 siang, diketahui dari pasukan Mobrig gugur 18 orang, 26 orang terperangkap/ditahan, dan 16 orang dapat meloloskan diri.

Untuk mengenang perjuangan pasukan Djamari yang berusaha menjaga keutuhan Lumajang milik NKRI agar tidak direbut kembali oleh Belanda dibangunlah Monumen Juang Polri.

Monumen dengan bentuk atau lambang berbentuk api berkobar memiliki menggambarkan kobaran semangat juang yang gigih membela bangsa dan negara.

Adanya monumen ini juga untuk mengajak para generasi muda, generasi penerus bangsa agar terus bertekad mengisi kemerdekaan Republik Indonesia agar bisa terus berkembang.