Monumen Sukertiyo, Saksi Bisu Indonesia Melawan Belanda di Kabupaten Lumajang

Monumen Juang Kompi Sukertiyo di perbatasan Yosowilangun. Foto via @visitlumajang

Setelah proklamasi dikumandangkan pada tahun 1945 tidak serta merta membuat Indonesia bersih dari penjajah yang masih berusaha untuk menguasai kepulauan yang kaya dengan sumber daya alam ini.

Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947 menjadi latar belakang datangnya Belanda ke Lumajang untuk melakukan penyisiran demi menduduki wilayah ini.

Sebagai komandan kompi, setelah bertempur di Sidoarjo, Letnan Satu Soekertijo mendengar bahwa Lumajang akan diduduki oleh pasukan Belanda. Bersama pasukannya Letnan Soekertijo segera menuju Lumajang.

Setelah sampai terlihat Belanda membawa pasukan dalam jumlah besar beserta senjata dan mesin modern perang. Dirasa tak sebanding, pasukan Letnan Sukertiyo memilih untuk mundur dan mengatur siasat.

Kompi Soekertijo memilih untuk membuat basis pertahanan di Wringinsari - Penggung, Yosowilangun. Wilayah yang cukup berat untuk bergerilya karena minim hutan dan pegunungan.

Pada 29 Juli 1947, pasukan Letnan Soekertijo melakukan penyerangan di pos pertahanan Belanda yaitu Pabrik Gula Jatiroto. Berkat serangan kilat, satu regu Belanda tewas dan sejumlah senjata dirampas.

Pasukan Letnan Soekertijo kembali berhasil menghadang pasukan Belanda pada awal September 1947. Satu regu tewas tertembak saat pasukan Belanda melakukan iring-iringan untuk berpatroli di Nogosari.