Perjuangan Kapten Kyai Ilyas di Lumajang, Bukti Santri juga Pejuang Kemerdekaan - Bagian II

Koloni militer pada Agresi Militer Belanda I. Foto: C.J. (Cees) Taillie via Wikimedia Commons

Gugurnya Kapten Kyai Ilyas

Pada 2 April 1949, pasukan Kapten Kyai Ilyas berada di Dusun Ledok Desa Banjarwaru. Tentu saja Belanda dapat mengendus keberadaan pasukan Kapten Kyai Ilyas, dan akhirnya tepat pada 9 April 1949 pagi, terjadi pertempuran antara Belanda dengan Regu Muchtar yang ada di Desa Babaan.

Belanda terus melancarkan aksinya dengan bersembunyi dan mengelabuhi rakyat. Belanda melakukan serangan dari segala arah, sehingga pasukan Kapten Kyai Ilyas terkepung dan memutuskan untuk bertempur habis-habisan.

Pada saat pertempuran Kapten Kyai Ilyas melihat seorang militer Belanda yang terluka dan berniat merambas senjata milik serdadu tersebut. Tapi naas, Kapten Kyai Ilyas diberondong peluru oleh musuh.

Beberapa pejuang segera membawa Kapten Kyai Ilyas yang terluka parah dan berusaha melindunginya. Namun tak lama, Kyai Ilyas gugur di medan perang.

Meskipun seseorang telah gugur, pertempuran tetap berlangsung. Setelah pasukan Belanda mengundurkan diri ke kota, jenazah Kapten Kyai Ilyaspun segera dimakamkan dengan segala penghormatan di Dusun Ledok Desa Banjarwaru.

Sebagai wujud penghargaan dari jasa Kapten Kyai Ilyas bersama pasukannya dibangun sebuah Monumen Joeang Kapten Ilyas yang terletak di Dusun Ledok, Desa Banjarwaru. Monumen tersebut didirikan sebagai pengingat bahwa daerah itu merupakan tempat pertempuran terakhir Kapten Kyai Ilyas.

Kapten Kyai Ilyas merupakan putera Lumajang yang dikenal sebagai seorang Kyai atau pemuka agama juga sebagai pejuang tentara.