PG Djatiroto Membawa Banyak Perubahan Bagi Lumajang

Rumah sakit Jatiroto tahun 1929. Via Tropenmuseum.

Pengaruh Pembangunan Pabrik Bagi Masyarakat Lumajang

Menilik sejarah PG Djatiroto tak lepas dari perbincangan dengan beberapa pegiat budaya di Lumajang. Masuknya tenaga kerja selama pembukaan lahan hutan, pembangunan pabrik hingga perekrutan karyawan tentu membutuhkan sumber daya manusia yang sangat besar.

Timbul satu pertanyaan kenapa Belanda lebih memilih untuk mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah?

Hal ini menjadi suatu pertanyaan yang menarik tentunya. Kita semua tahu bahwa Belanda membuka banyak perkebunan dan pabrik di Indonesia dengan beragam tujuan. Selain untuk kepentingan industri dan kebutuhan menyokong permodalan Kerajaan Belanda, pembukaan pabrik di banyak daerah di Indonesia tak lepas dari kepentingan Kerajaan Belanda untuk membuat rakyat di daerah merasa terbantu dengan Belanda.

Migrasi penduduk dari wilayah Jawa Timur bagian barat (Tulungagung, Kediri, Blitar, Ponorogo, Nganjuk dan sekitarnya) juga membawa pengaruh baru perkembangan kesenian dan budaya di wilayah Lumajang.

Akulturasi budaya khas Jawa Tengahan dengan kebudayaan Jawa Timur yang didominasi etnis Madura masih terlihat hingga sekarang, seperti pada kesenian Topeng Kaliwungu dan Jaran Slining. Logat Jawa halus juga banyak yang dibawa oleh kaum pendatang ini, juga beberapa cerita pewayangan yang kemudian diceritakan kembali melalui beragam kesenian seperti wayang orang dan ketoprak.

Seperti halnya di daerah lain, masuknya tenaga kerja dari luar daerah pada satu sisi masih meneruskan beberapa ciri tradisi yang dibawa dari tempat yang lama, namun pada sisi yang lain telah menciptakan komunitas perkebunan baru yang unik dan berbeda dengan yang pernah ada sebelumnya.