Film Dokumenter Silat Tani Diputar, Tim Ekspedisi Indonesia Baru Singgah di Lumajang

Tim Ekspedisi Indonesia Baru saat membahas film Silat Tani (26/08). Foto @visitlumajang

Realita Perusahaan Media dan Pers Saat Ini

Menurutnya, media berperan sebagai kontrol bagi isu publik, mirisnya perusahaan media ketika besar dan menjadi korporasi justru memakan tujuan awal media itu sendiri.

Tahun lalu, di umur 12 tahun, Watchdoc berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi internasional Ramon Magsasay, atas karyanya yang banyak menyoroti masalah sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia.

Dandhy juga mengungkapkan, saat ini dirinya tertantang dengan eksperimen baru, bisakah konsep usaha kreatif Watchdoc dalam memproduksi film dokumenter dibuat dalam bentuk koperasi.

"Kita semua punya waktu, punya skill, itu semua sudah jadi modal. Ngapain iuran? Kita bisa menginvestasikan tenaga, motor bisa jalan, bisa angkat kamera, itu bisa jadi simpanan wajib bernilai ratusan juta," imbuhnya.

Dandhy mengibaratkan koperasi film dalam filosofi petani seperti menanam jangka panjang, seperti menanam durian. Hasilnya bisa bisa jadi dipetik beberapa tahun nanti dalam bentuk kekayaan intelektual dan sebagainya.

"Investasi nggak harus uang, salahnya sekarang sebagian besar pandangan ekonomi selalu dalam perspektif uang," tandas Dandhy, disambut riuh penonton yang didominasi pekerja kreatif.

Sebagai wujud apresiasi, di acara Njagong Film: Silat Tani ini, panitia juga menyediakan kotak sumbangan untuk diisi seikhlasnya oleh penonton Lumajang yang hadir dan ngobrol bareng malam ini.