Menengok Kembali Sejarah Tari Topeng Kaliwungu di Momen Hari Tari Sedunia 2023

Beberapa pemuda berlatih tari Topeng Kaliwungu di Alun-Alun Lumajang. Foto: Visit Lumajang/Gion

Sejarah Tari Topeng Kaliwungu, Kesenian Khas Lumajang

Dalam perkembangannya, tari Topeng Kaliwungu tak hanya disajikan saat membuka Sandur, tapi tersaji sebagai seni tersendiri yang dibawakan penari yang memakai topeng warna putih dan selendang merah.

Topeng Kaliwungu mengekspresikan tokoh Baladewa dari kerajaan Manduro, yang dipuja dan diagungkan layaknya seorang dewa, sehingga apapun tindakannya harus benar dan dibenarkan.

Di beberapa catatan, Topeng Kaliwungu juga menggambarkan sosok pemuda yang cenderung pemalu dalam berinteraksi dengan lawan jenis, terutama kepada yang disukainya. Oleh karena itu dibuatlah topeng untuk menutupi rasa malu tersebut.

Topeng Kaliwungu juga berkembang tak hanya dimainkan pria, tapi juga wanita. Dengan visualisasi wajah topeng yang sedikit berbeda antara pria dan wanita, tetap warna putih sebagai simbol kesucian, kejujuran atau kebenaran.

Kesenian yang berkembang di Desa Kaliwungu, Tempeh, ini kemudian ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Lumajang pada tahun 2021.

Hingga kini, tari Topeng Kaliwungu tetap lestari dan kerap disajikan di beberapa acara. Keberadaannya melekat menjadi bagian tradisi yang hidup karena terus diajarkan di berbagai sanggar dan sekolah.

Windy Meiliyah, salah satu pelestari Tari Topeng Kaliwungu berharap pada momen Hari Tari Internasional 2023 ini, tari Topeng Kaliwungu dapat terus masuk ke semua lini generasi mulai anak hingga dewasa.