Meniupkan Ruh Pada Tulisan

Ilustrasi via @visitlumajangproject

Belajar dari Imam Bukhari

Beliaulah Imam Bukhari, seorang imam yang sudah tak diragukan lagi bagaimana sifat wara'-nya kepada Allah. Sampai ketika menyusun kitab Shahih Bukhari pun beliau harus sangat hati-hati.

Seperti kisahnya yang dituturkan salah seorang muridnya, al-Firbari, Imam Bukhari suatu ketika berkata mengenai awal mula penulisan karya best seller-nya itu.

"Saya menyusun kitab al-Jami' as-Shahih ini di Masjid al-Haram, Makkah. Dan Saya tidak mencantumkan sebuah hadits-pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat," tutur Imam Bukhari.

Diterangkan bahwa itu untuk memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits yang akan ditulisnya benar-benar sahih.

Allahu... Masyaallah, betapa Imam Bukhari sangat menjaga hubungannya dengan Allah SWT. Dzat dari segala dzat yang meniupkan kita ruh kehidupan di atas muka bumi ini.

Atas karunia Islam, iman, rezeki, kesehatan bahkan jodoh yang sholih dan sholihah dari-Nya. Kisah Marque De Sade dan Imam Bukhari memang tak layak disandingkan.

Tetapi, dari dua kisah ini kita hendak mengambil sebuah pelajaran. Motivasi menulis yang besar yang dimiliki oleh De Sade harus melebihi motivasi kita.