nJenang Sapar di Akhir Bulan Safar ala Warga Kampung Karamba Ditotrunan Lumajang

Gotong royong warga RT 04/RW 05 Ditotrunan di acara nJenang Sapar. Foto via @jonihdy

Bulan Safar memiliki makna filosofis sekaligus religius yang diyakini oleh masyarakat Jawa. Jenang Sapar menjadi kuliner khas yang selalu ada dalam peringatan bulan tersebut.

Tradisi Jenang Sapar terus dilestarikan oleh beberapa warga di Lumajang, salah satunya oleh warga RT 04/RW 05, Kelurahan Ditotrunan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang.

Warga Kampung Karamba, julukan khas kampung ini menggelar tasyakuran nJenang Sapar pagi tadi, Minggu 3 Oktober 2021 dengan melibatkan gotong royong seluruh warga.

"RT kami kebetulan kena minggu pungkasan, RT lain sudah mendahului. Maka kami adakan pada hari ini," ungkap Siswoto, Ketua RT 04/RW 05 Ditotrunan Lumajang.

Jenang merupakan sajian kuliner warisan nenek moyang yang berbahan dasar beras ketan, mirip seperti bubur. Masyarakat juga biasa menyebut makanan ini dengan nama jenang grendul karena bentuknya yang bundar.

Tradisi pembuatan Jenang Sapar tak lepas dari kebiasaan gotong royong oleh warga. Uniknya lagi dalam pembuatannya, emak-emak RT 04 juga berpakaian adat Jawa, menambah kuat budaya khas Jawa.

Proses memasak dengan tungku membuat citarasa jenang sapar yang tersaji di daun pisang bertambah nikmat. Tentunya tanpa menyisakan sampah plastik karena kampung ini juga dikenal sebagai Kampung Proklim.