Pasrujambe: Jalur Pendakian Kuno Menuju Semeru

Semeru dilihat dari Loji Besuksat Pasrujambe. Foto: VisitLumajang/dna

Mandala Kukup di Pasrujambe

Prasasti tersebut berisi mengenai larangan-larangan merusak lingkungan, dan nasehat-nasehat yang menjadi tatanan masyarakat pada zamannya.

Menurut sejarawan Lumajang, Mansur Hidayat, wilayah Pasrujambe memiliki arti penting bagi pelaku tirthayatra.

Di tempat tersebut pernah berdiri Mandala Kukup yang menjadi tempat Patapan atau Kedewaguruan, yang digunakan untuk mengasingkan diri dari hiruk pikuk keramaian peradaban kala itu.

Selain itu Mandala Kukup juga menjadi tempat para peziarah dari segala penjuru untuk singgah sebelum melakukan pendakian suci. Salah satu yang tertulis di prasasti tersebut adalah Rabut Macan Petak.

Peneliti sejarah umumnya mengidentifikasi nama Macan Petak merujuk pada nama Macan Putih yang merupakan wilayah Blambangan waktu itu.

Sebagai pos pendakian saat itu dan batas antara Semeru dengan dunia luar, dalam salah satu prasasti Pasrujambe tertulis pesan untuk menjaga kesucian Mahameru dan pesan menjaga lingkungan.

Adapun prasasti tersebut tertulis: (Larangan), (Menebang hutan),  (Pertapa); yang artinya larangan menebang hutan pertapa.