Tradisi Tedhak Siten yang Masih Lestari di Lumajang

Adat budaya Tedhak Siten. Foto: Visit Lumajang/Dnadyaksa

Kabupaten Lumajang masih kental dengan pelaksanaan adat budaya Jawa. Salah satunya tradisi Tedhak Sinten.

Menurut laman Kemdikbud, Tedhak Siten adalah upacara peringatan bagi manusia akan pentingnya relasi di atas bumi, yaitu relasi antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungan alam sekitarnya.

Pada pelaksanaan Tedhak Siten atau juga dikenal dengan upacara turun tanah ini, orang tua memiliki harapan agar sang anak nantinya menjadi orang yang berguna bagi keluarga, nusa, dan bangsa.

Tedak Siten sendiri berasal dari dua kata bahasa Jawa, yakni kata "tedhak" yang memiliki arti "menapakkan kaki", lalu kata "siten" (berasal dari kata "siti") yang berarti "bumi" atau "tanah".

Upacara Tedhak Siten ini dilaksanakan saat seorang bayi berusia tujuh lapan (satu lapan sama dengan 35 hari) yaitu ketika bayi mulai belajar duduk dan mulai berjalan di tanah.

Menurut para leluhur, tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada bumi yang merupakan tempat anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah. Sehingga, dalam istilah Jawa disebut dengan istilah Tedhak Siten.

Dalam pelaksanaanya upacara ini selalu diiringi dengan doa-doa dari orang tua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya di masa depan.