Perjuangan Ranger TNBTS dalam Menyelamatkan Anggrek Jamrud

Anggrek Jamrud atau Dendrobium macrophyllum. Foto: Wikimedia Commons

Berbicara mengenai Bromo Tengger Semeru tidak hanya sekedar tentang wisata. Terdapat kata Taman Nasional didalamnya yang berarti sebagai tempat untuk mengelola sumber daya hutan untuk menjaga kelestarian alam, keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistemnya.

Bersumber dari laman sosial media TNBTS, Dendrobium macrophyllum A. Rich atau dikenal dengan Anggrek Jamrud yang habitat leluhurnya berada di lereng selatan Gunung Semeru mengalami penurunan populasi. Hal tersebut terjadi akibar dari pemungutan illegal dan masive sehingga populasi Anggrek Jamrud menurun drastis.

Guna menjaga kelestarian Anggrek Jamrud para Ranger Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengupayakan restocking dengan bibit hasil perbanyakan generatif. Upaya tersebut dilakukan untuk dapat mengantarkan Dendrobium macrophyllum A. Rich pulang ke tempat seharusnya.

Selama 3 tahun, Ranger TNBTS berusaha menghasilkan bibit anggrek baru untuk ditaruh kembali ke habitat. Di awal tahun 2020 pihak TNBTS mendapat buah ranum dari rumpun galur murni di alam. Kemudian buah ranum tersebut dibawa ke Pak Sutrisno, seorang breeder anggrek di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Meskipun ini merupakan kali pertama Mas Sutrisno mengembangkan anggrek jenis ini, berkat ketekunannya semua membuahkan hasil yang manis. Akhirnya pada Januari 2021, seedling Dendrobium macrophyllum sudah bisa disapih. Proses tersebut mengahasilkan 2.000 benih yang perlu dirawat.

Perawatan dibantu oleh Pak Samian, Pak Ismail dan Mas Ismi yang merupakan tenaga perawat anggrek di Orchidarium TNBTS di Ranu Darungan, Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo Lumajang. Setelah diseleksi, ada sekitar 800 bibit yang siap diantar ke habitat leluhurnya pada November 2023.

Bibit tersebut memiliki tinggi rata-rata sebesar 15-20 cm dan masing-masing rumpun berisi 3-5 bulp. Perawatan dilakukan tanpa pupuk kimia buatan untuk meniru keadaan asli di alam. Setidaknya membutuhkan waktu 9 bulan di dalam botol dan dua tahun penyapihan hingga tingginya mencapai 14-15 cm dan siap untuk dilepas ke habitat.