Umat Hindu Tengger Gelar Upacara Melasti di Pantai Watu Pecak

Umat Hindu Tengger berdoa di hutan vegetasi area Pantai Watu Pecak. Foto: Visit Lumajang/Ahmad VL

Pembersihan Diri dan Berdoa

Teguh juga menyampaikan makna pembersihan diri ini juga berarti untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan alam yang diakibatkan oleh ulah manusia selama ini. 

Sehingga, mereka memanjatkan do’a serta melakukan ritual terhadap semesta supaya kembali suci dengan berbenah diri.

Usai berdo’a bersama, kemudian mereka menggelar kirab sesajen hasil bumi sembari membawa peralatan sembahyang untuk disucikan di laut.

Kirab ini dilakukan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 1 kilometer dari kawasan hutan menuju ke bibir pantai Watu Pecak.

Dalam iring-iringan tersebut gunungan dan singgahsana sebagai alat sembahyang dibawa ke tepian pantai untuk dibersihkan. Tradisi ini dilakukan dengan maksud untuk menyucikan diri dan seluruh peralatan sembahyang atau Pratim.

"Terkait prosesi Pelarungan ini maknanya untuk disucikan, kita mengambil dari tirta suci (air laut) untuk mensucikan singgahsana. Kegiatan ini rutin kami lakukan satu tahun sekali," ujarnya.

Teguh menyampaikan, setidaknya ada sekitar 3.000 umat Hindu Tengger yang mengikuti Upacara Melasti ini. Mereka merupakan masyarakat Hindu Tengger yang berada di wilayah lereng Gunung Semeru yang berasal dari Kabupaten Lumajang dan sebagian Kabupaten Probolinggo.