Antrukan Pawon, Kenangan Air Terjun Rasa Perawan di Gucialit Lumajang

Sisi dalam Antrukan Pawon Gucialit Lumajang (07/05). Foto: Visit Lumajang/Dnadyaksa

Sampai di Air Terjun Coban Pawon

Rasa puas di jantung kami saat mendengar gemuruh air terjun, meskipun kami masih harus bersabar dan turun satu persatu di trek terakhir yang curam, tepat di samping papan himbauan dari Dinas Pariwisata Lumajang. 

Diakui, Antrukan Pawon memang berasa masih perawan, terlihat asri dengan sampah yang hampir tidak terlihat, mungkin karena minimnya wisatawan yang datang kemari. Lebih menyenangkan tentunya.

Disebut Coban Pawon karena air terjun mengalir di sebuah lubang besar mirip tungku dapur, di bawah lubang besar ini terbentuk ceruk besar mirip goa, menambah pesona keunikan air terjun di Gucialit Lumajang ini. 

Menghabiskan waktu di sini bakal nggak terasa, mager balik lagi, apalagi jika mengingat trek terjal yang harus dilewati untuk kembali. Siapkan tisu yang banyak untuk kamera atau hape kamu karena banyaknya percikan air di sekitarnya. 

Oiya Visiters, saat kami kembali, kami dipersilakan mampir ke rumah Pak Sutris, rumah terakhir tempat kami menaruh motor gitu aja. Pak Sutris juga yang memandu kami saat kami nyasar di perjalanan menuju air terjun. 

Dari cerita beliau, terakhir kali ada yang berkunjung ke air terjun ini sekira beberapa bulan lalu. Nggak heran jika medan yang kami lalui seolah tak terjamah manusia, beberapa hampir tertutup semak. 

Coban Pawon atau Antrukan Pawon tetap cantik sedari dulu, alangkah lebih baiknya jika destinasi wisata ini bisa dikembangkan, tanpa harus merusak keindahannya, dengan kepedulian bersama pengelola maupun mereka yang berwisata.