Kapulaga, Tanaman Rempah Termahal Ketiga di Dunia yang Banyak Dijumpai di Pasrujambe Lumajang

Lestari (60) saat menunjukkan tanaman kapulaga miliknya. Foto via @visitlumajang

Awalnya Kapulaga Hanya Tanaman Obat Keluarga (Toga)

Lestari mulai menanam kapulaga sejak tahun 2010. Saat ini dirinya memiliki 2 kebun dengan luas sekitar 1 hektar. Selain kapulaga, dirinya juga menanam sejumlah tanaman seperti pisang sebagai pelindung di kebunnya.

Setiap 3 bulan sekali, kebun kapulaga milik Lestari setidaknya bisa menghasilkan 60 - 90 kg kapulaga kering. Kering artinya kapulaga yang telah dijemur dan siap dijual ke pengepul.

"Kalau di daerah Pasrujambe sini ada pengepul di daerah Pagowan. Terakhir bulan-bulan Agustus kemarin ini kapulaga dalam keadaan setor kering bisa dihargai 155.000 Rupiah per-kilogram," terangnya.

Agustus adalah bulan di mana biasanya hasil produksi kapulaga cukup melimpah. Kapulaga yang sudah dipanen harus dijemur paling tidak 4 hari sampai benar-benar kering dan siap dijual ke pengepul.

Selama pandemi belakangan ini, harga kapulaga sempat meroket karena permintaan yang cukup tinggi. Menurut Lestari, bahkan pernah menginjak angka Rp. 350.000,-/kg untuk harga yang dibeli pengepul dari petani.

Dari berbagai sumber yang dirangkum Visitlumajang.com, saat kini kapulaga menjadi tanaman rempah termahal ketiga di dunia, setelah saffron dan vanilla. Hmmm... Cukup menggiurkan kan?

Tak heran jika komoditas rempah yang satu ini jadi menjadi harapan banyak petani di Lumajang khususnya Pasrujambe, apalagi mengingat cara budidayanya yang relatif mudah dan minim perawatan.