Kapulaga, Tanaman Rempah Termahal Ketiga di Dunia yang Banyak Dijumpai di Pasrujambe Lumajang

Warti (Ny. Sarjo) saat membersihkan kapulaga yang baru dipanen. Foto via @visitlumajang

Kapulaga, Komoditas Unggulan Pasrujambe Selain Kopi

Hal ini juga diakui Sarjo, petani kapulaga asal Suco Pasrujambe yang mulai menanam kapulaga sejak tahun 1985, dengan bibit kapulaga yang berasal dari Dusun Plambang, Desa Pasrujambe.

Berawal dari bibit yang berasal dari Plambang, kemudian menyebar ke beberapa dusun di Pasrujambe seperti Jabon, Kalibening, Cempoko, dengan rata-rata harga 1.000 Rupiah per-bibit saat itu.

"Kapulaga kering dulu masih harga 7 ribuan per-kilo kalau tidak salah. Awalnya iseng menanam untuk tanaman obat keluarga. Orang-orang saya kasih awalnya mereka malas untuk ikutan menanam," kenang Warti, istri Sarjo.

Warti mengatakan awalnya hanya untuk konsumsi sendiri, kadang direbus bersama teh dan jeruk nipis untuk minuman herbal, sesekali juga dipakai campuran menggoreng kopi.

Mereka menanam kapulaga di kebun belakang rumah. Dulunya cuma mengandalkan pupuk kandang untuk merawatnya, sampai beragam treatment kemudian dilakukan agar kapulaga yang dihasilkan bisa maksimal.

"Kalau dulu ya pakai ontong pisang itu untuk pupuk alami, sekarang sudah mulai pakai pupuk farmasi yang lebih praktis," imbuhnya.

Gimana nih Visiters? Buat kamu yang tertarik untuk mencoba usaha di sektor pertanian, nggak ada salahnya mencoba menanam kapulaga seperti para petani kapulaga di Pasrujambe ini, hehehe...