Pertunjukan Sepi, Seniman Jaran Kencak Tetap Bertahan Menjaga Seni Tetap Lestari

Hidayat, mahasiswa Unisma pelestari Jaran Kencak bersama seorang panjak. Foto via @visitlumajang

Bertahan jadi Pelestari Tradisi

Salah satu yang masih tersisa dari kakek buyutnya adalah sebuah kenong (salah satu alat musik gamelan) yang merupakan warisan dari Mbah Tirah, seniman dari leluhurnya generasi pertama Jaran Kencak.

Meskipun diyakini sudah berusia ratusan tahun, kenong tersebut masih terawat dengan baik, bahkan masih digunakannya saat latihan maupun pertunjukan.

"Meskipun udah tua suaranya masih enak itu, bahkan lantunan musik akan terdengar kurang jika tidak ada kenong itu, dan wajib dibawa di setiap pertunjukan. Ya... semacam keramat gitu lah," ungkap Sunardi.

Sunardi mengakui sebelum pandemi korona, kelompoknya masih mendapat undangan pertunjukan di beberapa daerah, setidaknya sebulan bisa sampai 5 - 7 kali undangan manggung.

"Kalau dulu malah nggak perlu rutin latihan, langsung pertunjukan, karena masih banyak undangan. Kalau sekarang ya buat latihan saja tiap 2 minggu sekali pas malam Minggu," lanjut Sunardi.

Sunardi memimpin sekitar 50 anggota (panjak) dan punya 3 ekor kuda kencak yang sudah terlatih selama bertahun-tahun. Profesi keseharian para panjak beragam, mulai petani, pedagang bahkan ada yang pekerja serabutan.

Para seniman Jaran Kencak ini mengaku rindu menggelar pertunjukan, bukan semata demi uang tapi karena kecintaan mereka terhadap kesenian khas Lumajang ini.